Selasa, 27 Januari 2009

Menyatukan Langkah dalam Pemacuan Sumberdaya Ikan

Meski kegiatan pemacuan sumberdaya ikan yang sudah lama dilakukan di perairan umum Indonesia berupa penebaran dan atau introduksi ikan, namun kegiatan tersebut belum dapat dikatakan memperoleh hasil maksimal sebagaimana yang diharapkan. Ketidakberhasilan kegiatan pemacuan sumberdaya ikan tersebut umumnya disebabkan karena dilakukan tanpa didasari pertimbangan ilmiah yang memadai dan jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan monitoring keberhasilan ataupun kegagalannya.

Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pemacuan stok saat ini serta hasil riset BRKP tahun 2006 yang menunjukkan bahwa potensi sumberdaya ikan di perairan umum dapat mencapai 6,4 juta/tahun bila kegiatan pemacuan stok diperairan umum dilakukan secara seksama. Oleh karenanya, dalam beberapa tahun, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap terus mengupayakan berbagai upaya untuk menggalakan kegiatan pemacuan stok tersebut, baik dalam bentuk seminar dan temu pakar, penyusunan panduan pemacuan stok serta usulan kepmen Kelautan Perikanan tentang pemacuan stok sumberdaya ikan.

Hal lain yang menjadi pertimbangan pemerintah tentang perlunya dukungan semua pihak terhadap pelaksanaan kegiatan pemacuan stok adalah akibat terjadinya gejala overfishing terhadap berbagai jenis kelompok sumberdaya ikan yang ditandai dengan semakin mengecilnya ukuran ikan dibanding beberapa tahun sebelumnya, produkstivitas hasil tangkapan semakin menurun, terjadi penurunan produksi secara signifikan dan terjadinya booming species tertentu (Kajiskan dan BRKP, 2006).

Teknologi pemacuan stok sebenarnya telah dikembangkan di Jepang sejak tahun 1963, dengan pengkayaan stok ini, Jepang dapat mempertahankan hasil tangkapan pada level 15.000-an ton sejak tahun 1986 sampai 1995. Kondisi perikanan yang dialami Jepang saat itu hampir sama yang dialami Indonesia sekarang ini. Kita dapat belajar dari kebijakan Jepang tersebut dalam mempertahankan kekayaan sumberdaya ikan.

Kegiatan pemacuan stok dipandang sebagai salah satu upaya yang tepat untuk meningkatkan populasi ikan sehingga ikan disuatu perairan meningkat dan kelestarian sumberdaya ikan dapat dipertahankan bahkan produksinya dapat ditingkatkan. Oleh karenanya pemerintah Indonesia perlu mengambil sikap dan cepat bertindak agar stok ikan tangkapan di Indonesia tetap terjaga kelestariannya dan tidak terus terjadi penurunan dari tahun ke tahun bahkan sebaliknya, pemacuan stok dapat meningkatkan produksi perikanan tangkap serta meningkatkan kesejakteraan nelayan.

Pemacuan stok bukan hanya pelepasan juvenile (benih ikan berukuran besar) ke perairan lingkungan alam dengan tujuan untuk meningkatkan populasi ikan tertentu, akan tetapi pemacuan stok merupakan suatu sistem yang lebih kompleks yang dimulai dengan pembentukan kelembagaan, strategi penebaran, monitoring dan pengawasan serta pengolahan dan pemasaran.

Pihak yang terlibat dalam pemacuan stok tidak hanya melibatkan pemerintah, akan tetapi nelayan, pembudidaya ikan dan pengusaha perikanan harus diberikan peluang yang lebih besar dalam bisnis pemacuan stok ini. Posisi pemerintah hanya sebagai fasilitator dan katalisator dalam pengembangan sistem bisnis pemacuan stok.

Sistem bisnis pemacuan stok dikelompokkan kedalam 3 (tiga) sub sistem, yaitu input, proses dan outpun. Input sistem pemacuan stok terdiri dari pengelolaan hatchery (pembibitan ikan) dan pembesaran. Pengelolaan hatchery cenderung memerlukan biaya yang besar, sehingga peran pengusaha perikanan dalam bidang ini sangat diperlukan. Pemilihan bibit ikan yang akan ditebar perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain ikan tersebut akan diterima oleh pasar, merupakan ikan konsumsi oleh masyarakat sekitar, mempunyai kemampuan memanfaatkan sumberdaya makanan yang tersedia secara alamiah, tingkat pertumbuhannya cepat serta konvertor makanan yangyang efisien.

Bibit ikan yang ada di hatchery selanjutnya dilakukan proses pembesaran. Secara ekobiologis, kegiatan ini selain berguna untuk membesarkan ikan sehingga mencapai ukuran tertentu layak ditebar, juga agar ikan tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sedangkan secara sosioekonomis, kegiatan ini bermanfaat agar nelayan dan pembudidaya ikan dapat terlibat langsung dalam sistem pemacuan stok dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan. Kegiatan pembesaran biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, tergantung ukuran yang diinginkan untuk ditebar sehingga manfaat ekonomi yang diperoleh nelayan menjadi lebih besar.
Sub sistem selanjutnya adalah proses yang meliputi penebaran ikan (stocking) ke perairan, penangkapan dan pengawasan. Efektivitas stocking ini ditentukan oleh tiga faktor penting yaitu teknik dan taktik pelepasan yang ditentukan oleh faktor manusia; kualitas ikan yang ditentukan oleh proses pembenihan/pembesaran; dan kondisi lingkungan yang ditentukan oleh faktor-faktor perairan tempat pelepasan. Teknik dan taktik pelepasan melibatkan permasalahan kapan, dimana, bagaimana dan berapa banyak benih harus dilepas ke alam. Survei kondisi lingkungan daerah sasaran stoking harus mampu memberi informasi tentang kelimpahan makanan alami ikan yang akan dilepas; hewan-hewan predator; habitat dan segala kondisi fisik daerah seperti temperature, salinitas dan arus. Semua informasi tersebut akan sangat membantu memecahkan masalah teknik dan taktik pelepasan.

Kualitas ikan juga ditentukan oleh aspek morfologi dan fisiologi. Kesempurnaan kedua aspek ini dicirikan dengan adanya benih yang sehat dan aktif, yang dijadikan prasyarat bisa digunakannya benih untuk pemacuan stok. Namun ternyata benih yang sehat dan aktif inipun tidak selalu berkorelasi positif dengan rasio tertangkap kembalinya ikan (recapture rate) ikan. Jadi, selain aspek morfologi dan fisiologi, aspek tingkah laku benih juga perlu diperhatikan.

Agar nelayan mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi ikan yang ditebar ke alam, kelompok nelayan perlu diberikan kewewenangan untuk melakukan kegiatan penebaran ikan. Namun demikian, pemerintah perlu menyusun langkah-langkah operasional yang tepat dalam kegiatan pengawasan untuk menjamin keberhasilan kegiatan pemacuan stok tersebut. Kebijakan tentang pembatasan jumlah tangkapan dan penutupan musim dan wilayah penangkapan perlu ditetapkan dan disepakati sebelumnya oleh seluruh stakeholders perikanan setempat.

Output yang didapatkan pengembangan sistem bisnis pemacuan stok bukan hanya keuntungan ekonomi oleh nelayan berupa peningkatan produksi perikanan, tetapi juga dengan pengolahan ikan tang tepat dapat meningkatkan mutu dan nilai jual ikan tersebut. Selain itu, lokasi pemacuan stok dapat pula dikembangkan menjadi kawasan wisata dan penelitian perikanan yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar.

Tidak ada komentar: